Thursday, July 19, 2007

“Ayo semangat, Cak Markus!!”

Seruan inilah yang terlontar dari mulut seorang temanku ketika nonton pertandingan sepakbola Indonesia vs Korea Selatan, kemarin (18 Juli) pukul 17.20. Aku dan beberapa teman pun tak melewatkan kesempatan untuk melihat laga Tim Nasional Indonesia. Kami semua menabuh drum dan galon, meniup terompet, serta memakai kostum sepakbola Indonesia. Yah…walau kami tak berada di Stadion, namun seolah semangat kami menyatu dengan semangat saudara-saudara kami yang berada langsung di Stadion.

Markus, kiper Tim Indonesia adalah seorang yang tangguh. Berkali-kali ia menyelamatkan gawang Indonesia dari serangan Korea Selatan. Benar-benar pertandingan yang heboh. Namun, rupanya Indonesia harus mengakui keunggulan Korea Selatan, dengan skor terakhir 1-0 untuk Korea Selatan.

Baru kali ini, aku melihat seluruh rakyat Indonesia seolah-olah menjadi satu. Satu tujuan. Satu dukungan, hanya untuk kemenangan Tim Nasional Indonesia. Tak sedikit supporter Indonesia beramai-ramai datang ke Gelora Senayan lebih awal untuk mengantri tiket masuk, bahkan tak jarang yang rela tidur di pinggiran atau trotoar, karena mereka berasal dari luar Jakarta. Oo….hal yang mengharukan!

Namun, bila sejenak kita melihat ke belakang. Sistem pembelian tiket yang masih ‘purbakala’, tak jarang menuai konflik. Misalnya, para pembeli tiket yang berjubel dan tak mau anstri dengan rapi hingga menyulut amarah. Alhasil, tukang calo lah yang menjadi sasaran kemarahan supporter ini. Contoh yang lain, ketika tempat penjualan tiket telat dibuka, supporter dengan beringas menghancurkan pos-pos tersebut. Apa yang bias kita petik dari gambaran ini? Indonesia masih tidak siap untuk membuktikan dirinya sebagai Negara demokrasi. Yah…boleh-boleh saja menunjukkan nasionalisme dengan cara mendukung Tim Indonesia habis-habisan, namun itu semua ada aturannya. Bangsa yang hebat adalah bangsa yang bisa diatur dan bisa mengatur dirinya.

Tentu aku ikut bangga dan sempat merinding ketika lagu Indonesia Raya didengungkan. Aku sangat mengerti semua tindakan supporter itu, “hanya untuk Indonesia saja”. Tapi, saudaraku, mari kita bersikap sedikit dewasa (bukannya sok menggurui, karena hingga sekarang pun aku masih belajar untuk dewasa), supaya Negara kita pun lebih dihargai di dunia internasional.

Satu lagi yang penting, semangat dan dukungan untuk Indonesia ini jangan hanya terjadi ketika pertandingan sepakbola Indonesia melawan tim asing saja. Jangan hanya berhenti disini saja. Masih banyak upaya dan tindakan rakyat Indonesia terutama pemerintah yang membutuhkan dukungan dan semangat para bonek dari seluruh nusantara. Semua hanya untuk Indonesia, Saudaraku!! Semangat ya, Cak Markus!!

No comments: