Tuesday, July 24, 2007

Penambahan pipa pembuang lumpur sepanjang 200 meter di Kali Porong

24 Juli 2007. Penanggulangan luapan lumpur seringkali dinilai kurang maksimal. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo hari ini menambah lagi sejumlah pipa pembuang lumpur ke kali Porong di Areal Spillway. Pemasangan pipa baru sepanjang 200 meter ini sudah dilakukan kemarin malam.

Penambahan pipa ini bertujuan untuk memaksimalkan pengaliran Lumpur ke Kali Porong, yang sebelumnya disedot oleh mesin Spillway dari Kolam penampung Lumpur atau pond Jatirejo.

Meski sebenarnya, sejumlah pipa pembuang Lumpur yang ada sudah cukup banyak, namun sampai hari ini hanya dua pipa yang dapat mengalirkan Lumpur. Hal ini disebabkan juga oleh mesin Spillway yang tidak dapat beroperasi seluruhnya.

Dari sepuluh mesin yang pernah didatangkan TimNas maupun BPLS, hari ini hanya lima mesin yang berfungsi. Itupun harus dengan mengalirkan air dengan volume yang cukup banyak ke kolam lumpur agar mudah disedot.

Sementara itu, kondisi Sungai Porong hingga saat ini terjadi pengendapan sepanjang lebih 1 meter. hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan baru bagi kota Sidoarjo.

Baca Selengkapnya..

WARGA RENOKENONGO BERSIKERAS BERTAHAN DI PENGUNGSIAN PASAR PORONG

Sidoarjo, 24 Juli 2007.Menjelang batas akhir waktu tinggal di pengungsian pasar baru porong yang diperintahkan bupati Sidoarjo Win Hendrarso, warga Renokenongo tetap bersikeras bertahan di pengungsian tersebut. Mereka menyatakan tidak akan pindah hingga ganti rugi 50 persen dan 30 hektar tanah dikabulkan.

Sekitar 766 KK atau 2581 warga Renokenongo yang menjadi korban Lumpur panas, sampai akhir Juli ini tetap bertahan di lokasi pengungsian pasar barui Porong.

Mereka yang tergabung dalam Paguyuban Warga Renokenongo Menolak Kontrak tetap menuntut pencairan tunai tunai rugi 100 persen atau paling tidak 50 persen.

Pitanto, Wakil Ketua Pagar Rekontrak mengatakan bahwa warga akan tetap bertahan sampai kapan pun hingga tuntutan mereka dipenuhi. Ketika ditanya tentang pembuatan bamboo runcing, ia menegaskan hal itu bukan sebagai bentuk perlawanan, namun itu hanya sebagai simbol semangat perjuangan layaknya Bung Tomo.

Sementara itu, rencana pengosongan Pasar Baru Porong dari para pengungsi bulan Agustus mendatang, tidak dihiraukan oleh warga Renokenongo. Warga mengaku kecewa jika pihak pemerintah Kabupaten tetap menghadapkan mereka dengan para pedagang pasar yang sudah bersiap menempati pasar baru tersebut.

Baca Selengkapnya..

Thursday, July 19, 2007

“Ayo semangat, Cak Markus!!”

Seruan inilah yang terlontar dari mulut seorang temanku ketika nonton pertandingan sepakbola Indonesia vs Korea Selatan, kemarin (18 Juli) pukul 17.20. Aku dan beberapa teman pun tak melewatkan kesempatan untuk melihat laga Tim Nasional Indonesia. Kami semua menabuh drum dan galon, meniup terompet, serta memakai kostum sepakbola Indonesia. Yah…walau kami tak berada di Stadion, namun seolah semangat kami menyatu dengan semangat saudara-saudara kami yang berada langsung di Stadion.

Markus, kiper Tim Indonesia adalah seorang yang tangguh. Berkali-kali ia menyelamatkan gawang Indonesia dari serangan Korea Selatan. Benar-benar pertandingan yang heboh. Namun, rupanya Indonesia harus mengakui keunggulan Korea Selatan, dengan skor terakhir 1-0 untuk Korea Selatan.

Baru kali ini, aku melihat seluruh rakyat Indonesia seolah-olah menjadi satu. Satu tujuan. Satu dukungan, hanya untuk kemenangan Tim Nasional Indonesia. Tak sedikit supporter Indonesia beramai-ramai datang ke Gelora Senayan lebih awal untuk mengantri tiket masuk, bahkan tak jarang yang rela tidur di pinggiran atau trotoar, karena mereka berasal dari luar Jakarta. Oo….hal yang mengharukan!

Namun, bila sejenak kita melihat ke belakang. Sistem pembelian tiket yang masih ‘purbakala’, tak jarang menuai konflik. Misalnya, para pembeli tiket yang berjubel dan tak mau anstri dengan rapi hingga menyulut amarah. Alhasil, tukang calo lah yang menjadi sasaran kemarahan supporter ini. Contoh yang lain, ketika tempat penjualan tiket telat dibuka, supporter dengan beringas menghancurkan pos-pos tersebut. Apa yang bias kita petik dari gambaran ini? Indonesia masih tidak siap untuk membuktikan dirinya sebagai Negara demokrasi. Yah…boleh-boleh saja menunjukkan nasionalisme dengan cara mendukung Tim Indonesia habis-habisan, namun itu semua ada aturannya. Bangsa yang hebat adalah bangsa yang bisa diatur dan bisa mengatur dirinya.

Tentu aku ikut bangga dan sempat merinding ketika lagu Indonesia Raya didengungkan. Aku sangat mengerti semua tindakan supporter itu, “hanya untuk Indonesia saja”. Tapi, saudaraku, mari kita bersikap sedikit dewasa (bukannya sok menggurui, karena hingga sekarang pun aku masih belajar untuk dewasa), supaya Negara kita pun lebih dihargai di dunia internasional.

Satu lagi yang penting, semangat dan dukungan untuk Indonesia ini jangan hanya terjadi ketika pertandingan sepakbola Indonesia melawan tim asing saja. Jangan hanya berhenti disini saja. Masih banyak upaya dan tindakan rakyat Indonesia terutama pemerintah yang membutuhkan dukungan dan semangat para bonek dari seluruh nusantara. Semua hanya untuk Indonesia, Saudaraku!! Semangat ya, Cak Markus!!

Baca Selengkapnya..

Wednesday, July 18, 2007

“ Pak Win adalah seorang kapitalis!!”

Kata-kata itulah yang muncul dari mulut seorang pengungsi di Pasar Baru Porong. Yuli namanya. Ia menjabat sebagai Wakil Sekretaris Paguyuban Warga Renokenongo Menolak Kontrak, atau yang lebih dikenal dengan Pagar Rekontrak. Wanita paruh baya yang siang itu (16 Juli 2007) memakai kaos berwarna kuning, dengan semangat menjelaskan tentang keberadaan serta keadaan pengungsi di Pasar Baru Porong. Pengungsi di Pasar Baru ini berjumlah 766 Kepala Keluarga, dengan total 2581 jiwa.

Siang itu, warga masih beraktivitas seperti biasa. Bahkan warga tidak mengindahkan ancaman yang kerapkali muncul lewat SMS ataupun telpon, yang sebagian besar bernada kasar. Dua hari yang lalu, tanggal 15 Juli adalah deadline dimana warga Desa Renokenongo harus meninggalkan lokasi Pasar Baru. Apabila mereka tidak mau, maka akan terjadi pengusiran oleh Satpol PP.

Para pengungsi juga mendengar isu bahwa pedagang di Pasar Lama juga akan mendesak mereka supaya segera pindah. “Saya rasa tidak benar kalau pedagang di Pasar Lama akan mengusir kami. Ini semua hanyalah isu yang digunakan Pak Win untuk mengadu domba kami dengan para pedagang, supaya kami pindah. Pak Win bukan seorang pancasilais, dia adalah seorang kapitalis!!”, ujar Yuli dengan emosional. Ia menambahkan bahwa Bupati Sidoarjo dinilai kurang berpihak pada warga pengungsi.

Setelah dikonfirmasi kepada para pedagang, mereka mengatakan bahwa apabila lumpur tidak muncul, mereka lebih senang berada di Pasar Lama. Pasar Lama dipandang lebih ramai karena dekat dengan jalan raya, selain itu pedagang juga mempertimbangkan segi keamanan di Pasar Baru. “Tapi, kalau memang pemerintah menyuruh kami pindah, ya kami manut saja. Walaupun saya sebenarnya lebih senang di Pasar Lama karena lebih ramai sehingga bias buka toko hingga jam 9 malam.”, ungkap seorang pedagang di Pasar Lama.

Warga desa Renokenongo masih tetap bertahan di Pasar Baru hingga tuntutan mereka dipenuhi, yaitu pembayaran 50% uang muka dan 30 hektar tanah sebagai ganti rugi immateriil. Warga mengaku, tinggal di Pasar Baru ini atas instruksi Pak Win, Bupati Sidoarjo. Warga juga telah membuat bambu runcing. “ Kami tidak ingin kekerasan. Kami lebih suka dialog. Bambo runcing itu hanya sebagai simbol semangat perjuangan kami untuk menuntut ganti rugi ini. Kami meneladani Bung Tomo yang juga menggunakan bambu runcing ini di kala melawan penjajah.”, ujar Pitanto, Wakil Ketua Pagar Rekontrak.

Para suami yang sebelumnya bekeja sebagai buruh tani, buruh tambak, tukang ojek, kini lebih banyak menganggur. Sedangkan para ibu telah mendapat pelatihan dari PT. PLN (Persero) kerjasama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Bojonegoro, yaitu pembuatan krupuk puli, kue nastar, kue larut keju, kue coklat, dan lain-lain. Selain itu, mereka juga berjualan bunga. Semua kegiatan ini dilakukan agar memperoleh tambahan keuangan untuk menafkahi keluarga mereka. 1 kg krupuk puli dijual seharga Rp. 6000,-.

Keberadaan para pengungsi ini adalah gambar ketidaksiapan pemerintah dalam melindungi hak-hak rakyatnya. Cobalah anda tengok para pengungsi di Pasar Baru Porong ini, maka anda akan mendapatkan realitas bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Namun, jangan hanya berhenti di tatara menengok saja, lakukan sesuatu untuk membantu mereka. Setidaknya, untuk membuat mereka bisa sedikit tersenyum.

Baca Selengkapnya..

Saturday, July 14, 2007

SEKOLAH TERBUKA SEBAGAI ALTERNATIF

Mahalnya biaya sekolah membuat banyak siswa lulusan sekolah dasar terpaksa putus sekolah. Hal ini disebabkan oleh minimnya informasi masyarakat mengenai sekolah murah dan bermutu, yang telah disediakan masyarakat.

Pemerintah Kota Surabaya telah menunjuk 12 sekolah untuk mendirikan sekolah terbuka. Salah satunya adalah SMPN 10, yang terletak di kawasan Kupang Panjaan. Hingga saat ini, pendaftar telah mencapai 100 siswa. Sekolah terbuka memberi banyak kemudahan karena selain diberi seragam, siswa juga dibebaskan dari biaya.

Sartika Yuliani, salah seorang pendaftar, mengaku ia lebih memilih sekolah terbuka disbanding kejar paket B, karena lebih menghemat biaya dan frekuensi belajar di sekolah terbuka yang hamper menyamai sekolah regular.

Sartika yang hanya tinggal dengan neneknya, mengatakan ingin melanjutkan kembali sekolahnya setelah sempat putus sekolah selama 3 tahun.

Hingga saat ini, baru 100 calon siswa yang mendaftar di bangkuy SMP Terbuka SMPN 10 Surabaya dan masih tersisa 187 buah.

SMP Terbuka SMPN 10 Surabaya masih membuka pendaftaran hingga dimulainya tahun ajaran baru, sekitar bulan September mendatang.

Baca Selengkapnya..

Friday, July 13, 2007

POLISI TEMBAK POLISI BANDAR NARKOBA

Satuan Reserse Narkoba Polwiltabes Surabaya menembak seorang bandar narkoba, siang kemarin, 12 Juli 2007, yang juga merupakan anggota aktif Detasemen Markas Polda Jatim.

Tersangka adalah Bripda Ainur Rofiq. Penangkapan terjadi dini hari, di rumah kostnya di jalan Sedati Agung. Saat penangkapan, tersangka sempat melakukan perlawanan dengan mengacungkan sangkur, sehingga tim penyergap harus melepaskan timah panas ke tubuh tersangka. Saat itu, tersangka tengah dalam keadaan mabuk, dan ditemukan pula 11 paket sabu-sabu.

Saat ini, tersangka Bripda Ainur Rofiq sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim, akibat dua luka tembak di lengan dan paha kirinya. Tersangka baru memasuki ruang operasi pada pukul 10.40 WIB (12 Juli).

Ini bukan kasus pertama bagi Bripda Ainur Rofiq. Pada bulan April yang lalu, tim dari Pilwiltabes Surabaya pernah mencoba menangkap tersangka di rumah kontrakannya di kawasan Magersari, dengan kasus yang sama, namun gagal karena tersangka menyandera dua orang di sekitarnya.

Menurut rekan-rekannya, tersangka Bripda Ainur Rofiq memiliki sejumlah catatan kurang baik akibat indisipliner. Tersangka masuk dalam daftar pencarian orang sejak empat bulan yang lalu.

Baca Selengkapnya..