Monday, March 19, 2007

Profil Prof. Soetriono

“Sportifitas itu penting..!!”

“ Bila gajah mati meninggalkan gadingnya, apalagi yang ditinggalkan seorang pengajar atau dosen, kalau bukan karya atau tulisannya.”

Prinsip itulah yang hingga kini masih diyakini oleh Prof. Dr. Ir. Soetriono, M. P. Dalam empat tahun terakhir, ada 17 buku yang ditulis. Pria kelahiran Tulungagung, 4 Maret 1964 yang lalu ini mengajar di Fakultas Pertanian pun merangkap sebagai dosen Pascasarjana.
Siang itu (08/03), sewaktu ditemui di ruangan Pascasarjana, ia mengenakan kemeja warna biru tua, dengan arloji di pergelangan tangan kirinya.
Dalam perbincangan selama 40 menit tersebut, ia mengemukakan pandangannya mengenai sistem pendidikan di Universitas Jember. Selain itu, dengan terbuka ia mau mambagi kiat suksesnya. Dalam usia 42 tahun, ia telah dikukuhkan menjadi seorang guru besar di bidang Ekonomi Pembangunan Pertanian, dengan disertasi yang berjudul Daya Saing Agrobisnis: Tinjauan Makro Mikro Ekonomi Pertanian. Pria yang mempunyai seorang istri dan dua anak ini menempuh pendidikan S3 di Universitas Brawijaya, Malang, lulus tahun 2004.
Berikut adalah petikan wawancara UNEJ News dengan Soetriono, dosen Faperta yang kini beralamat di Jalan Bangka III no.27.

Sehubungan dengan tema majalah UNEJ News yaitu “Kepemimpinan dan Pendidikan Berbasis Karakter”. Sejauh pengamatan anda, sisi apa yang harus dibenahi dari sistem pendidikan di UNEJ?
Bila sejenak melihat sistem pendidikan internasional, khususnya di Negara maju tentu sangat berbeda dengan yang ada di Indonesia pada umumnya. Disana (luar negeri, Negara maju), perguruan tinggi merupakan sumber dari segala sumber. Artinya, sebagai sumber ilmu, teknologi, bisnis. Sedangkan disini (Indonesia), beberapa universitas besar memang sedang menuju ke arah tersebut. Tapi, bagi UNEJ sendiri saya lihat belum menuju ka arah itu. Bila ada beberapa pendapat yang menyatakan sudah, mungkin kapasitasnya kecil sekali. Nah..mungkin ini yang harus kita pikirkan bersama sebagai bagian dari UNEJ, sedang mengarah kemana sistem pendidikan UNEJ. Harus dipikirkan, apakah UNEJ ini berbasis pada kekuatan lokal, artinya menggali kekuatan yang dimiliki UNEJ. UNEJ juga harus menggali ciri khas atau keunikan yang membuatnya berbeda dengan yang lain.
Dalam sistem pendidikan yang berbasis kompetensi sekarang ini tentu harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Menurut saya, apapun sistem pendidikan yang ada, harus ada reward and punishment. Selama SDM tidak diperhatikan, maka sistem tersebut tidak akan berjalan. Bukan reward dalam arti uang, tapi penghargaan yang lebih pada “rasa dihargai”. Perlu adanya need of achievement! Selain itu, sebaiknya UNEJ banyak menjalin hubungan dengan banyak instansi di lingkup nasional maupun internasional, karena itu akan sangat membantu civitas akademika untuk mengemabngkan potensinya.

Berbicara tentang pengabdian terhadap masyakat, bagaimana dengan mahasiswa-mahasiswa di Fakultas Pertanian, apakah sudah ada pengaplikasian langsung teori yang didapat di bangku kuliah terhadap masyarakat sekitar?
Sepengetahuan saya sudah ada. Karena Faperta memiliki klinik Agribis, klinik Hayati, jurusan agronomi yang mengaplikasikan langsung ilmunya pada masyarakat sekitar. Misalnya, Faperta memiliki desa binaan. Itu hanya salah satu cara mentansfer ilmu yang ada di Perguruan Tinggi kepada masyarakat, tentu masih banyak cara yang lain yang mungkin belum saya ketahui.

RAHASIA SUKSES
Anda sebagai seorang dosen yang meraih gelar guru besar pada usia yang relatif muda di antara yang lain. Apa rahasianya?
Karena latar belakang saya adalah olahraga, saya mempunyai prinsip yaitu sportifitas, itu saja. Tentu dibarengi dengan semangat. Saya selalu mendisiplinkan diri untuk menulis, menulis dan menulis. Pandangan saya adalah kehidupan ini bagaikan air dan tangga. Bila air mengalir dengan baik, kita berangkat dari hal yang baik, semuanya akan berakhir dengan baik. Begitu juga dengan tangga. Apabila tangga itu ingin naik dan kita berusaha, pasti bisa. Selain itu dalam menapaki sukses, saya mempunyai satu keyakinan bahwa janganlah kita selalu mengikut saja. Bila semua orang berjalan ke utara, janganlah ikut ke utara juga, cobalah berjalan ke selatan, maka kita akan menemukan suatu ide yang unik dan beda dari yang lain.

Bagaimana awal mulanya hingga anda mampu menulis 17 buku dalam kurun waktu 4 tahun terakhir ini?
Awalnya saya berpikiran bahwa saya tidak bisa menulis. Lalu, saya mencoba dan mencoba. Bila gajah mati meninggalkan gading, apalagi yang akan ditinggalkan seorang dosen kalau bukan tulisannya untuk dikenang. Selain itu, saya juga ingin UNEJ dikenal melalui buku yang saya tulis. Insya Allah, setiap tahun saya selalu berusaha untuk menulis buku. Untuk tahun 2007 ini, buku saya yang berjudul “Ekonomi dan Kebijakan Agribisnis Tebu”, masih berupa draft memperoleh penghargaan dari DepDikNas, akan diterbitkan oleh Bayumedia.
Buku saya yang berjudul “Daya Saing Pertanian dalam Tinjauan Analisis dikonsumsi dalam skala nasional dan mendapat penghargaan dari DIKTI. Selanjutnya, bekerjasama dengan Andi Offset, saya akan menulis buku tentang Filsafat Ilmu dan Metodologi. Saya ingin belajar tentang filsafat, mencari sesuatu yang “benar” secara ilmiah.




Karakter apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin?
Norma saja. Norma sudah menyangkut banyak aspek, musalnya agama, sopan santun, etika, dan lain-lain. Bila setiap orang mempunyai norma, niscaya ia menjadi seorang pemimpin, paling tidak bagi dirinya sendiri. Inilah yang membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Faktor ketegasan atau keberanian juga penting.

Apa kegiatan anda sekarang ini?
Saya menguji S3, sering menjadi pembicara di seminar dan aktif dalam penelitian. Baru saja terselesaikan penelitian saya bersama teman-teman dari Malang (UniBraw) tentang kelayakan Desa Sendang Biru. Melihat bagaimana desa tersebut ingin dijadikan layaknya Bumi Serpong Damai, kota kedua yang berbasiskan kelautan.

SUKSESI REKTOR
Sehubungan dengan suksesi rektor, apa harapan anda terhadap rektor yang akan terpilih?
Saya harap rektor yang terpilih tidak melulu memikirkan kelompok X, Y atau Z, tapi lebih berfokus pada bagaimana mengembangkan lembaga (UNEJ). Bila kita berbicara UNEJ, kita berbicara tentang semua, segenap civitas akademika, karyawan. Siapapun yang nantinya terpilih harus benar-benar bertanggungjawab atas hal tersebut (mengembangkan UNEJ), karena ia (rektor) menanggung amanah yang sangat berat. sebagai seorang pemimpin, ia harus berjiwa sportif, mempunyai komitmen yang kuat terhadap lembaga bukan terhadap X, Y, Z (kelompok-kelompok tertentu). Dan bisa secara proporsional menerapkan prinsip reward and punishment, dan juga meningkatkan hubungan baik dengan instansi luar yang terkait.

Apakah anda tidak mempunyai rencana mencalonkan diri sebagai rektor?
(tertawa ringan) tidak. Karena pikiran saya belum matang dalam hal tersebut, dan untuk hal itu (pencalonan diri) tidak hanya asal mencalonkan, harus mempunyai jiwa seperti apa yang saya katakan tadi. (pertanyaan sebelumnya) Kalau saya boleh jujur, sewaktu saya dikukuhkan sebagai guru besar dengan usia yang relatif muda, sebenarnya saya belum siap. Hanya saya melihat motto seorang mantan rektor ITS yang berbunyi “Guru besar bukanlah puncak dari prestasi keilmuan seseorang, tapi awal dari perambahan hutan belantara keilmuan secara hakiki”. Banyak tawaran yang datang tapi diluar bidang saya, saya menolaknya karena tidak sesuai dengan ilmu yang saya geluti. Hal itu terkait dengan komitmen saya terhadap bidang keilmuan saya. Laku atau tidak laku, ya…tetap itu yang saya geluti (tertawa).

------
Benarlah motto seorang mantan rektor ITS bahwa menjadi seorang guru besar bukanlah puncak dari prestasi keilmuan seseorang. Seorang guru besar harus terus berkarya, berkarya dan berkarya. Karyanyalah yang akan terus dikenang meskipun ia telah tiada. Karyanyalah yang akan menjadi manfaat bagi pencerahan masyarakat. Semoga.

Baca Selengkapnya..

Bursa PILREK Universitas Jember

SARWEDI : ”Saya sudah siap!!”

Siang itu (02/03) Prof. Dr. H. Sarwedi, MM, mengenakan kaos berkerah warna abu-abu, dengan rambut tertata rapi duduk di balik meja. Ia nampak sibuk dengan beberapa sertifikat kelulusan yang harus ditandatanganinya. ”Silahkan duduk, mbak, sebentar ya, saya selesaikan menandatangani ini semua.”, ujarnya ramah. Perbincangan di kantornya, Ruang Dekan Fakultas Ekonomi itu terasa makin akrab setelah saya dipersilahkan minum. Sosok yang satu ini dikenal akrab dengan mahasiswa karena ia selalu meluangkan waktunya bagi mahasiswa-mahasiswanya.
Dalam perbincangan selama kurang lebih 45 menit itu, putra daerah Banyumas ini banyak bercerita tentang pentingnya karakter seorang pemimpin yang berdampak langsung pada pola kepemimpinannya.. Ia juga menyoroti tentang problema yang menghambat kemajuan UNEJ, juga solusi yang coba ditawarkan. Ketika ditanya masalah suksesi rektor, Sarwedi pun dengan terbuka menanggapinya pertanda ia telah siap.
Menurut pria yang telah dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ekonomi Internasional pada tanggal 27 Januari yang lalu, untuk menjadi seorang pemimpin, karakter yang harus dimiliki antara lain sabar, santum, jujur, tidak sombong, disiplin. Karakter adalah sifat. Sebuah karakter akan secara langsung berdampak pada proses atau cara kepemimpinannya. Sifat atau karakter itulah yang membuat perbedaan cara memimpin antara pemimpin yang satu dengan yang lain.
Bila dilihat pola kepemimpinan di Indonesia, dia menilai berdasar referensi yang telah ia baca, proses kepemimpinan dan hasil yang diharapkan terkadang masih terpengaruh oleh masa lalu. Masa lalu sangat berpengaruh terhadap apa yang dikerjakan kini dan relatif kurang dalam melihat masa depan. Ini semua dipengaruhi oleh sifat atau karakter dari pemimpin.
Dalam mengamati fenomena pendidikan di Perguruan Tinggi, Sarwedi menggunakan apa yang disebut paradigma Perguruan Tinggi yang dikenal dengan Isu Strategis Tiga, yaitu: daya saing bangsa, otonomi atau desentralisasi dan organisasi yang sehat. Berkaca pada universitas besar lain di Indonesia, yang sebaiknya dilakukan Universitas Jember supaya mampu menghadapi tantangan ke depan adalah bagaimana mengkondisikan tiga hal penting tersebut, dan ini semua tergantung dari karakter yang dimiliki oleh pemimpin. Menurutnya, meniru tidak apa. Tapi tujuannya adalah dalam rangka mencapai presisi industri (dalam bahasa ekonomi) yang layak dalam dunia pendidikan. Di Universitas Jember ada APU (Arah Pengembangan Universitas) yang salah satu programnya adalah resource sharing. Ternyata dalam beberapa tahun ini susah sekali dilaksanakan. Penyebabnya adalah munculnya egoisme jurusan, egoisme fakultas. Pada tataran universitas, sepertinya sulit untuk melakukan resource sharing, apalagi di tingkat Jawa Timur. Sekali ini berkaitan dengan karakter dari masing-masing pemimpin. Jadi, sebaiknya program-program yang direncanakan disesuaikan dengan kemampuan juga kondisi internal Universitas Jember.
Ditanya tentang pengabdian UNEJ terhadap masyarakat, pria berusia 54 tahun ini menjelaskan UNEJ masih kurang dalam hal ini. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya lembaga yang berfokus pada kajian sosial tentang masyarakat sekitar dalam rangka social responsibility. Artinya kajian yang dilakukan lembaga tersebut mampu memberikan manfaat secara langsung pada masyarakat sekitar. Sebenarnya Universitas Jember sudah mempunyai lembaga-lembaga tersebut, misalnya Lembaga Penelitian, Lembaga Pengabdian Masyarakat, Lembaga Pengembangan Mahasiswa, dan sebagainya. Ini semua adalah upaya dalam rangka pengabdian masyarakat, hanya perlu lebih dioptimalkan lagi sisi kemanfaatannya.
Ia menilai, banyak hal yang bisa dilakukan mahasiswa-mahasiswa UNEJ, kaitannya dengan pengabdian terhadap masyarakat, dalam hal pemberantasan buta huruf di Jember, misalnya. Universitas Jember sebagai penyedia sumber daya manusia, contohnya Universitas Jember mempunyai FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Mestinya dalam masalah pemberantasan buta huruf, mereka bisa berpartisipasi dalam upaya penanggulangannya. Seyogyanya dalam program pemberantasan buta huruf, pemerintah Kota Jember lebih mengikutsertakan person-person yaitu mahasiswa yang kompeten di bidang itu, sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal, seperti yang terjadi di Bondowoso. Diperlukan sensitivitas yang tinggi dalam melihat fenomena ini. Apabila pemerintah kota kurang tanggap, Universitas Jember harusnya lebih peka terhadap masyarakat di sekitar.

SUKSESI REKTOR
Dalam hal pemilihan rektor, UNEJ memiliki kebijakan bahwa untuk keputusan tertinggi berada di tangan senat, yaitu perwakilan masing-masing fakultas. Namun, apabila mahasiswa menuntut untuk diadakan pemilihan rektor secara langsung, dan tuntutan itu dilakukan secara terus menerus dan konsisten, Sarwedi mengatakan bahwa ia yakin tuntutan tersebut akan mendapat respon, mengingat mahasiswa adalah ‘konsumen utama’ Universitas Jember. Proses pelibatan mahasiswa dalam pemilihan rektor merupakan bagian dari era reformasi. Namun, untuk sekarang ini sepertinya mahasiswa hanya dilibatkan dalam pemilihan bakal calon rektor, sedangkan untuk hasil akhir dari pemilihan rektor tetap di tangan senat. Hal ini sudah diatur oleh hukum di Universitas Jember. Memang idealnya seluruh civitas akademika, karyawan, satpam dilibatkan dalam sebuah pemilihan seorang pemimpin, hal ini mencerminkan prinsip kejujuran, demokrasi dan reformasi. Tapi, hal ini baru bisa terlaksana jika kondisi dan kemampuan juga mendukung. Dia menambahkan, jangan sampai terjadi sesuatu yang disebut reformasi kebablasan.
Ditanya tentang pencalonannnya menjadi calon rektor, Sarwedi tersenyum sambil menerawang pada suatu masa. Dia bercerita, sebenarnya inisiatif untuk mencalonkan diri sebagai calon rektor berasal dari rekan-rekannya. Gayung bersambut, inisiatif ini pun mendapat respon positif. Beberapa persiapan telah ia lakukan. “Untuk sekarang ini, bila ditanya siap atau tidak, secara pribadi saya sudah siap!”, ujarnya dengan mantap.
Motivasinya selaras dengan misi UNEJ yaitu, menghasilkan lulusan yang bertaqwa, berkualitas. Secara pribadi, sebagai dosen ia merasa terpanggil untuk menghasilkan output sesuai dengan misi Universitas Jember. Latar belakang keluarganya adalah pendidik. Hampir semua keluarganya berprofesi sebagai guru atau dosen. Darah seorang pendidik telah mengalir di setiap urat nadi dalam tubuhnya. Mungkin hal ini pula yang memotivasinya dalam pencalonan ini. Dengan kemampuan dan kemauan yang dimilikinya, Sarwedi menginginkan tujuan yang bersifat normatif dapat tercapai.
Percakapan yang menarik ini diakhiri dengan jabat tangan. Sebelum UNEJ News meninggalkan ruangan, ia berpesan supaya Unej News juga mewawancarai bakal calon rektor yang lain supaya pempublikasian tulisan ini tidak terkesan politis, pun terasa adil.

Baca Selengkapnya..

Guru Besar dan Karyanya

“…..diharapkan guru besar nantinya mampu memberikan kontribusi nyata dalam pengabdiannya terhadap Universitas dan negara. Ini bukanlah titik kulminasi berakhirnya karya, justru ini merupakan tanggungjawab yang besar bagi setiap guru besar. Guru besar selalu dituntut atas karyanya, misalnya untuk membuat buku serta karya ilmiah, penelitian-penelitian yang bermanfaat bagi pencerahan masyarakat...”
Itulah sepenggal pidato yang diucapkan oleh Rektor Universitas Jember, Dr. Ir. Tarcisius Sutikto, MS dalam acara Rapat Terbuka Universitas Jember dengan acara Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. H. Sarwedi, MM dan Prof. Ir. Susijahadi, MS pada tanggal 27 Januari yang lalu, bertempat di Gedung Sutardjo. Acara yang dimulai pada pukul 09.15 - 11.30 WIB ini dibuka oleh Rektor dan dihadiri oleh sekitar 100 orang yang terdiri dari keluarga, pihak birokrat Unej, serta kolega dari masing-masing guru besar.
Prof. Dr. H. Sarwedi, MM menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jember mulai tahun 2004 hingga sekarang ini. Pria yang lahir di Banyumas, 15 Oktober 1953 ini, menempuh pendidikan S-3 dalam bidang ilmu ekonomi internasional di Universitas Airlangga. Dalam acara pengukuhan tersebut, ia membawakan orasi ilmiah yang berjudul ” Perdagangan Intra Regional: Tantangan dan Prospektif ke Depan bagi Indonesia dalam Kerangka ASEAN Free Trade Area” dengan memakan waktu kira-kira 40 menit.
Sedangkan Prof. Ir. Susijahadi, MS yang berasal dari Fakultas Teknologi Pertanian ini menjadi guru besar dalam bidang mikrobiologi. Dalam orasi ilmiahnya, ia banyak membicarakan tentang penelitian terhadap produksi tanaman kakao. Dalam kegiatan pengabdian masyarakatnya, Prof. Ir. Susijahadi, MS banyak mengadakan pelatihan ketrampilan pertanian, juga tentang teknologi pertanian dan teknologi hasil pertanian kepada masyarakat. Atas pengabdiannya yang tidak bisa dibilang sebentar kepada Universitas Jember ini, ia memperoleh penghargaan Satya Lencana Karya Sapta yaitu sebuah penghargaan yang diberikan kepada seorang pengajar yang telah mengabdi selama 30 tahun.
Jabatan guru besar merupakan jabatan tertinggi dalam dunia akademik. Yang lebih ditekankan bukan hanya dalam hal kuantitas melainkan lebih pada segi kualitas masing-masing guru besar. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. H. Sarwedi, MM, ketika ditemui di kantornya di sela-sela kesibukannya,” Jabatan guru besar itu memang jabatan tertinggi di dunia akademik. Karena sekarang ini sudah banyak profesor, mungkin kebanggaan itu ada tapi ya tidak seperti dulu. Tapi, sebenarnya yang penting bukan pada profesornya, melainkan lebih pada karya yang dibuat oleh guru besar itu.”
Semoga guru besar yang ada di Unej ini bukan hanya sekedar gelar atau simbol saja, tapi lebih diejawantahkan melalui karya-karya yang dibuat dalam upaya mencerahkan masyarakat.

Baca Selengkapnya..

Selamat Datang di Universitas Kehidupan!!

Tanggal 25 November dan 27 November 2006 merupakan hari yang tidak biasa bagi beberapa mahasiswa Unej, pasalnya 1386 mahasiswa telah dilantik dalam acara Wisuda periode I tahun akademik 2006/2007 sehingga layak menyandang gelar Sarjana atau Magister atau Ahli Madya. Acara ini berlangsung kira-kira mulai pukul 09.00-12.00.
Jumlah mahasiswa PascaSarjana yang diwisuda sebanyak 34, Fakultas Hukum sebanyak 68, FISIP sebanyak 88, S1 FISIP non reguler sebanyak 12, Diploma FISIP sebanyak 34, Fakultas Pertanian sebanyak 55, Fakultas Ekonomi sebanyak 93, S1 FE non reguler sebanyak 29, Diploma FE sebanyak 76, FKIP sebanyak 92, PGSD FKIP sebanyak 566, Fakultas Sastra sebanyak 33, Diploma Fakultas Sastra sebanyak 8, FTP sebanyak 51, FKG sebanyak 30, FMIPA sebanyak 55, Fakultas Kedokteran sebanyak 8, PS Teknik sebanyak 1, Diploma PS Teknik sebanyak 27, PSKM sebanyak 26.
Sedangkan lulusan dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tertinggi diraih oleh: untuk program Pascasarjana yaitu Irma Widarti, SP. MP jurusan Agronomi dengan IPK 3,95, tesisnya berjudul “Pengaruh Penggunaan Agen Hayati dan Manipulasi Agroekosistem Pada Pengendalian Hama Utama Cabai Merah”. Untuk program Sarjana diraih oleh Agusningrum, SPd jurusan FKIP Sejarah dengan IPK 3,85, skripsinya berjudul “Dinamika Sistem Bagi Hasil Perikanan Tangkap” (Studi Kasus Masyarakat Nelayan di Kecamatan Brondong Lamongan). Sedangkan untuk program Diploma III dicapai oleh Achmad Alfian, Amd jurusan Manajemen Akuntansi dengan IPK 3,62, skripsinya berjudul “Prosedur Akuntansi Pendapatan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jember”. Yang terakhir untuk program Diploma II dicapai oleh Nur Jannah, Ama jurusan PGSD, dengan IPK 3,80.
Begitu banyak mahasiswa yang diluluskan tiap tahunnya. Ini bukanlah akhir dari proses seorang manusia untuk mencari ilmu, kuliah di Unej mungkin hanya secuil kuku saja. Justru ini adalah sebuah awal. Universitas yang sebenarnya bernama Universitas Kehidupan. Selamat datang di Universitas yang tanpa kompromi itu!! Selamat berjuang kakak-kakakku tercinta!!

Baca Selengkapnya..

“Jember Jazz Fever, The Beginning”

Pernah dengar musik jazz? Percaya atau tidak? Dalam rangka Dies Natalies Unej ke 42 (9 November), tanggal 25 November 2006 yang lalu tepatnya pukul 19.30, kelompok studi Universitas Jember yang bernama LiBIdo telah megadakan acara pagelaran musik yang bernuansakan jazz. Latar belakang dipilihnya jazz adalah karena aliran musik ini tergolong baru di Jember dan belum ada event yang mengangkat musik ini sehingga LiBIdo yang berpanitiakan 9 orang (Sakti, Suhud, Tyas, Insaf, Dita, Chiqi, Lifa, Puspito, Ardi) rindu untuk mendengar musik ini mengalun di tengah-tengah kota Jember. sehingga mereka sepakat menggunakan tema “The Beginning”, permulaan.
Pagelaran ini dimeriahkan oleh beberapa band pembuka yaitu Lavita Band, e’X Jazz, The Autumn, Butterfly, serta band tamu yang berasal dari Surabaya yaitu Weekend Project. Acara berlangsung meriah namun penonton tetap tertib seolah terbius oleh alunan musik Jazz ini. Bagaimana tidak, Pak Uung (Dekan FISIP) dan Pak Bambang (PD III FTP) seolah terpesona dan enggan beranjak dari kursi walaupun waktu mulai merangkak menuju tengah malam. Apalagi panitia yang pintar membuat para undangan betah, dengan mensuguhkan segelas kopi susu panas dan sepiring kacang kulit di atas meja, layaknya suasana di kafe.
Untuk mensukseskan acaranya, LiBIdo menggandeng beberapa pihak sponsor, antara lain: Djarum, Indosat, Line Design, Trend Fried Chicken. Selain itu juga mereka mendapat bantuan dari beberapa donatur yang merupakan penikmat musik jazz juga.
Acara ini berakhir kira-kira pukul 24.00, dengan keadaan penonton yang masih duduk anteng. Sungguh acara ini bisa dijadikan stimulus bagi kelompok-kelompok studi yang lain untuk meningkatkan daya kreativitas namun tetap dalam koridor akademik sebagai mahasiswa. Semoga LiBIdo sanggup mengobarkan ‘libido’ kawan-kawan kelompok studi yang lain untuk tetap kreatif dan kritis!!

Baca Selengkapnya..