Monday, March 19, 2007

Profil Prof. Soetriono

“Sportifitas itu penting..!!”

“ Bila gajah mati meninggalkan gadingnya, apalagi yang ditinggalkan seorang pengajar atau dosen, kalau bukan karya atau tulisannya.”

Prinsip itulah yang hingga kini masih diyakini oleh Prof. Dr. Ir. Soetriono, M. P. Dalam empat tahun terakhir, ada 17 buku yang ditulis. Pria kelahiran Tulungagung, 4 Maret 1964 yang lalu ini mengajar di Fakultas Pertanian pun merangkap sebagai dosen Pascasarjana.
Siang itu (08/03), sewaktu ditemui di ruangan Pascasarjana, ia mengenakan kemeja warna biru tua, dengan arloji di pergelangan tangan kirinya.
Dalam perbincangan selama 40 menit tersebut, ia mengemukakan pandangannya mengenai sistem pendidikan di Universitas Jember. Selain itu, dengan terbuka ia mau mambagi kiat suksesnya. Dalam usia 42 tahun, ia telah dikukuhkan menjadi seorang guru besar di bidang Ekonomi Pembangunan Pertanian, dengan disertasi yang berjudul Daya Saing Agrobisnis: Tinjauan Makro Mikro Ekonomi Pertanian. Pria yang mempunyai seorang istri dan dua anak ini menempuh pendidikan S3 di Universitas Brawijaya, Malang, lulus tahun 2004.
Berikut adalah petikan wawancara UNEJ News dengan Soetriono, dosen Faperta yang kini beralamat di Jalan Bangka III no.27.

Sehubungan dengan tema majalah UNEJ News yaitu “Kepemimpinan dan Pendidikan Berbasis Karakter”. Sejauh pengamatan anda, sisi apa yang harus dibenahi dari sistem pendidikan di UNEJ?
Bila sejenak melihat sistem pendidikan internasional, khususnya di Negara maju tentu sangat berbeda dengan yang ada di Indonesia pada umumnya. Disana (luar negeri, Negara maju), perguruan tinggi merupakan sumber dari segala sumber. Artinya, sebagai sumber ilmu, teknologi, bisnis. Sedangkan disini (Indonesia), beberapa universitas besar memang sedang menuju ke arah tersebut. Tapi, bagi UNEJ sendiri saya lihat belum menuju ka arah itu. Bila ada beberapa pendapat yang menyatakan sudah, mungkin kapasitasnya kecil sekali. Nah..mungkin ini yang harus kita pikirkan bersama sebagai bagian dari UNEJ, sedang mengarah kemana sistem pendidikan UNEJ. Harus dipikirkan, apakah UNEJ ini berbasis pada kekuatan lokal, artinya menggali kekuatan yang dimiliki UNEJ. UNEJ juga harus menggali ciri khas atau keunikan yang membuatnya berbeda dengan yang lain.
Dalam sistem pendidikan yang berbasis kompetensi sekarang ini tentu harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Menurut saya, apapun sistem pendidikan yang ada, harus ada reward and punishment. Selama SDM tidak diperhatikan, maka sistem tersebut tidak akan berjalan. Bukan reward dalam arti uang, tapi penghargaan yang lebih pada “rasa dihargai”. Perlu adanya need of achievement! Selain itu, sebaiknya UNEJ banyak menjalin hubungan dengan banyak instansi di lingkup nasional maupun internasional, karena itu akan sangat membantu civitas akademika untuk mengemabngkan potensinya.

Berbicara tentang pengabdian terhadap masyakat, bagaimana dengan mahasiswa-mahasiswa di Fakultas Pertanian, apakah sudah ada pengaplikasian langsung teori yang didapat di bangku kuliah terhadap masyarakat sekitar?
Sepengetahuan saya sudah ada. Karena Faperta memiliki klinik Agribis, klinik Hayati, jurusan agronomi yang mengaplikasikan langsung ilmunya pada masyarakat sekitar. Misalnya, Faperta memiliki desa binaan. Itu hanya salah satu cara mentansfer ilmu yang ada di Perguruan Tinggi kepada masyarakat, tentu masih banyak cara yang lain yang mungkin belum saya ketahui.

RAHASIA SUKSES
Anda sebagai seorang dosen yang meraih gelar guru besar pada usia yang relatif muda di antara yang lain. Apa rahasianya?
Karena latar belakang saya adalah olahraga, saya mempunyai prinsip yaitu sportifitas, itu saja. Tentu dibarengi dengan semangat. Saya selalu mendisiplinkan diri untuk menulis, menulis dan menulis. Pandangan saya adalah kehidupan ini bagaikan air dan tangga. Bila air mengalir dengan baik, kita berangkat dari hal yang baik, semuanya akan berakhir dengan baik. Begitu juga dengan tangga. Apabila tangga itu ingin naik dan kita berusaha, pasti bisa. Selain itu dalam menapaki sukses, saya mempunyai satu keyakinan bahwa janganlah kita selalu mengikut saja. Bila semua orang berjalan ke utara, janganlah ikut ke utara juga, cobalah berjalan ke selatan, maka kita akan menemukan suatu ide yang unik dan beda dari yang lain.

Bagaimana awal mulanya hingga anda mampu menulis 17 buku dalam kurun waktu 4 tahun terakhir ini?
Awalnya saya berpikiran bahwa saya tidak bisa menulis. Lalu, saya mencoba dan mencoba. Bila gajah mati meninggalkan gading, apalagi yang akan ditinggalkan seorang dosen kalau bukan tulisannya untuk dikenang. Selain itu, saya juga ingin UNEJ dikenal melalui buku yang saya tulis. Insya Allah, setiap tahun saya selalu berusaha untuk menulis buku. Untuk tahun 2007 ini, buku saya yang berjudul “Ekonomi dan Kebijakan Agribisnis Tebu”, masih berupa draft memperoleh penghargaan dari DepDikNas, akan diterbitkan oleh Bayumedia.
Buku saya yang berjudul “Daya Saing Pertanian dalam Tinjauan Analisis dikonsumsi dalam skala nasional dan mendapat penghargaan dari DIKTI. Selanjutnya, bekerjasama dengan Andi Offset, saya akan menulis buku tentang Filsafat Ilmu dan Metodologi. Saya ingin belajar tentang filsafat, mencari sesuatu yang “benar” secara ilmiah.




Karakter apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin?
Norma saja. Norma sudah menyangkut banyak aspek, musalnya agama, sopan santun, etika, dan lain-lain. Bila setiap orang mempunyai norma, niscaya ia menjadi seorang pemimpin, paling tidak bagi dirinya sendiri. Inilah yang membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Faktor ketegasan atau keberanian juga penting.

Apa kegiatan anda sekarang ini?
Saya menguji S3, sering menjadi pembicara di seminar dan aktif dalam penelitian. Baru saja terselesaikan penelitian saya bersama teman-teman dari Malang (UniBraw) tentang kelayakan Desa Sendang Biru. Melihat bagaimana desa tersebut ingin dijadikan layaknya Bumi Serpong Damai, kota kedua yang berbasiskan kelautan.

SUKSESI REKTOR
Sehubungan dengan suksesi rektor, apa harapan anda terhadap rektor yang akan terpilih?
Saya harap rektor yang terpilih tidak melulu memikirkan kelompok X, Y atau Z, tapi lebih berfokus pada bagaimana mengembangkan lembaga (UNEJ). Bila kita berbicara UNEJ, kita berbicara tentang semua, segenap civitas akademika, karyawan. Siapapun yang nantinya terpilih harus benar-benar bertanggungjawab atas hal tersebut (mengembangkan UNEJ), karena ia (rektor) menanggung amanah yang sangat berat. sebagai seorang pemimpin, ia harus berjiwa sportif, mempunyai komitmen yang kuat terhadap lembaga bukan terhadap X, Y, Z (kelompok-kelompok tertentu). Dan bisa secara proporsional menerapkan prinsip reward and punishment, dan juga meningkatkan hubungan baik dengan instansi luar yang terkait.

Apakah anda tidak mempunyai rencana mencalonkan diri sebagai rektor?
(tertawa ringan) tidak. Karena pikiran saya belum matang dalam hal tersebut, dan untuk hal itu (pencalonan diri) tidak hanya asal mencalonkan, harus mempunyai jiwa seperti apa yang saya katakan tadi. (pertanyaan sebelumnya) Kalau saya boleh jujur, sewaktu saya dikukuhkan sebagai guru besar dengan usia yang relatif muda, sebenarnya saya belum siap. Hanya saya melihat motto seorang mantan rektor ITS yang berbunyi “Guru besar bukanlah puncak dari prestasi keilmuan seseorang, tapi awal dari perambahan hutan belantara keilmuan secara hakiki”. Banyak tawaran yang datang tapi diluar bidang saya, saya menolaknya karena tidak sesuai dengan ilmu yang saya geluti. Hal itu terkait dengan komitmen saya terhadap bidang keilmuan saya. Laku atau tidak laku, ya…tetap itu yang saya geluti (tertawa).

------
Benarlah motto seorang mantan rektor ITS bahwa menjadi seorang guru besar bukanlah puncak dari prestasi keilmuan seseorang. Seorang guru besar harus terus berkarya, berkarya dan berkarya. Karyanyalah yang akan terus dikenang meskipun ia telah tiada. Karyanyalah yang akan menjadi manfaat bagi pencerahan masyarakat. Semoga.

2 comments:

GOPEK said...

Bravo... Prof. Tri and Univ Jember..

Anonymous said...

Sangat mengesankan permainan kata yang digunakan untuk membalut apa yang tersimpan dalam hati.
Semoga keselamatan selalu ada pada diri Anda Professor.