Sunday, October 19, 2008

Lumajang dan Tante Sari

Kamis, 16 Okt 08
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 16.10 WIB. Ah, sebentar lagi aku akan dijemput, lebih baik aku menunggu di teras, pikirku. Benar saja, tak lama setelah itu Mas Elia rekan sepelayananku menelpon dan berkata bahwa dia sudah sampai di satu blok sebelum blok rumah kostku. Sore itu, kami akan ke Lumajang apa pun yang terjadi. Aku berkata demikian karena sore itu hujan deras tengah mengguyur Jember. Aku selalu meyakinkan diri, ah..ini kan baru hujan air, masa gitu aja mundur, hehe..

Mas Elia memberiku dua pilihan: naik motor atau bis. Aku pilih naik motor saja karena lebih hemat dan tentu saja cepat. Kami berdua memakai mantel dan berangkatlah kami. Dingin tidak terlalu kurasakan karena di balik mantel ini masih ada jaket yang melekat, tapi ternyata yang lebih perih terasa adalah kerikil-kerikil halus dari jalan raya beraspal yang terpental mengenai kakiku yang hanya beralaskan sandal. Sekali waktu kulirik spedometer sepeda motor yang membawaku ini, pandom bergetar di antata angka 70-80 km/jam. Tapi aku tak merasa kuatir, aku percaya saja pada mas Elia, hehe...dia kan pembalap. Yang paling pasti, aku percaya kepada Tuhan yang menugaskan aku berangkat dan pelayanan di Lumajang.

Aku lebih menikmati naik motor karena lebih bebas menelanjangi alam yang dilewati. Hamparan sawah dan pepohonan terbentang di sisi kanan kiri jalan. Yang paling menyeramkan adalah ketika kami menyusuri sepanjang sungai di sisi kiri daerah Jatiroto. Entah kenapa petang itu sepi sekali, hanya bebrapa bis antar kota dan truk-truk saja sekali waktu melintas dengan kecepatan tinggi. Ternyata keadaan sepi itu dimanfaatkan oleh Mas Elia untuk memacu kendaraan lebih cepat. Nah, di daerah Jatiroto itu, ada beberapa rel lori tebu yang melintang di jalan raya yang membuat jalan sedikit tidak rata. Hehehe...dasar pembalap, hal itu tidak membuat mas Elia untuk menurunkan kecepatan motornya. Alhasil, ketika melewati rel lori itu, aku merasakan sepersekian detik bokongku melayang sejenak alias tidak menyentuh jok dan kemudian kembali mendarat di jok dengan selamat. Aku tertawa geli dalam hati, hihihi... sempat kubayangkan andai kecepatan melayang bokongku yang tidak sama dengan kecepatan motor. Yaah...seperti efek yang ada di film Matrix itulah!! Jadi, kecepatan bokongku lebih lambat sehingga fase melayangku lebih lama dan terlihat seperti slow motion, tapi kecepatan motor Mas Elia bergerak tetap. Apa yang akan terjadi?? Hehe....tidak usah dibayangkan, karena itu pasti akan menyakitkan dan akan merusak aset berhargaku?!!^-^

Okay,,kami sampai di Rumah Persekutuan pukul 17.25. Tempat persekutuan siswa-siswa Kristen Lumajang disediakan oleh sebuah keluarga pasangan dokter gigi. Namanya Pak Kus Harianto dan Tante Sari. Setelah membasuh kaki yang kotor, aku masuh ke ruangan ber-AC itu. Ruangannya tidak cukup luas, tapi cukup untuk menampung 25 orang. Tak lama kemudian Tante Sari muncul. Perawakannya tak seberapa tinggi, kira-kira 157an cm, rambutnya berwarna keperakan tak sampai menyentuh bahu. ”Haii...sudah lama tidak ketemu ya, Tyas.”, sapanya sambil menjabat tanganku dan mengecup pipi kanan kiriku. Dia bertanya tentang kuliahku, rencana masa depanku, tentang anak perempuannya. Perempuan ini halus sekali saat berujar, pikirku. Jauh sekali dengan aku, hehehe...

Tante Sari tak jarang memanggil salah satu siswa dengan sebutan ’sayang’. Aiih..aiih...benar-benar laiknya seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya. ”Mbak Tyas kapan nginap disini? Mumpung masih ada di Jember kan? Nanti tidur sama Dek Dea kan bisa to?”, tanyanya padaku. Aku hanya mengiyakan saja. Perempuan ini meskipun sudah berumur, tapi tetap saja bekas-bekas kecantikan masa mudanya masih nampak jelas. Ia bertanya apakah aku sudah ada rencana untuk menikah. Dan aku menjawab belum dan itu mungkin baru terjadi 5 tahun lagi. Ia tersenyum dan berkata bahwa ia dulu menikah saat usianya 27 tahun. Masih banyak lagi yang kami obrolkan, sering ia menyelipkan nasihat-nasihat di sela-sela pembicaraan.

Sayang sekali pembicaran ini harus terhenti karena acara persekutuan akan dimulai. Setelah menyanyikan beberapa buah lagu, kami berdoa bersama-sama untuk memulai acara ini. Setelah itu, barulah waktuku untuk menyampaikan bahasan mengenai ’kepemimpinan’ tiba.
”Oke, adik-adik.. apa sih arti pemimpin atau kepemimpinan menurut kalian?”

No comments: