Thursday, May 10, 2007

Sosialisasi “Keanggotaan Tidak Tetap Indonesia di DK PBB”

Hari itu, Kamis, 5 April 2007 adalah hari yang tak biasa untuk mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional khususnya, dan mahasiswa UNEJ umumnya. Acara yang bertajuk Sosialisasi “Keanggotaan Tidak Tetap Indonesia di DK PBB” ini dimulai pukul 09.00 WIB. Acara yang bertempat di Aula FISIP ini adalah salah satu wujud kerjasama antara Departemen Luar Negeri Republik Indonesia dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, mengingat pada waktu yang lalu kedua instansi ini pernah bekerjasama.
Sengaja aku mengambil tempat agak di depan karena aku ingin mengikuti seminar ini dengan serius. Waktu telah menunjukkan pukul 08.58, acara akan dimulai barang semenit—dua menit lagi, pikirku. Benar, tak sampai 2 menit acara pun dimulai. Pada pembukaan, sambutan yang pertama diisi oleh Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata dari Deplu. Sambutan yang kedua oleh PR 2 Drs. Agus Budihardjo, MA, sekaligus membuka acara. Acara ini terbagi menjadi dua sesi diskusi. Diskusi pertama bertema “ DK PBB dan Perdamaian Dunia”. Pemateri pada sesi ini adalah Direktorat keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Deplu K. Chandra Negara dan Staf Pengajar Jurusan HI Himawan Bayu Patriadi, MA. Dipandu oleh moderator Lucky A.E. Sa’ud, diskusi sesi pertama berjalan dengan santai dan jauh dari kesan tegang karena kerapkali sang moderator menyisipkan joke ringan dalam pembawaannya. K. Chandra Sistem berpendapat bahwa masuknya Indonesia sebagai anggota tidak tetap PBB adalah sebagai wujud kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia. Indonesia mendapat rekomendasi (baca: kepercayaan) dari 158 negara dengan total 192 negara.
Ketika dibuka diskusi, beberapa peserta yang hadir mengacungkan tangan tanda bertanya. Ternyata bukan hanya kalangan mahasiswa saja yang datang, tapi juga dari guru di salah satu SMA—entah aku lupa apa nama SMAnya. Sesi tanya jawab ini berlangsung hingga 2 termin. Pukul 11 sesi diskusi I diakhiri, dan peserta diperbolehkan untuk mengambil kue-kue dan kopi atau teh sebagai hidangan coffee break. Aku pun segera antre untuk mengambil hidangan. Setelah itu, aku kembali ke tempat dudukku semula sambil berbincang dengan temanku, Mimin. “Min, nurutmu gimana acara ini?”, tanyaku. “Ehm…bagus juga, acara seperti ini berfungsi sebagai sarana Deplu untuk mensosialisasikan kegiatannya, juga keputusan luar negeri yang telah diambil. Apalagi dengan masuknya Indonesia ke dalam keanggotaan tidak tetap DK PBB, tentu ini adalah hal yang menarik untuk didiskusikan.”
Sesi kedua dimulai pukul 11.20, aku pun segera menuntaskan minumku dan kembali berfokus pada diskusi selanjutnya. Sesi yang bertemakan “Indonesia dan Upaya Perdamaian Dunia” ini dipandu oleh seorangf moderator dari jurusan HI yaitu Bagus Sigit Sunarko, M.Si, dengan pembicara Andi Rachmiantodari Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Deplu dan Sunardi Purwaatmoko, MIS dari HI Universitas Jember. Diskusi ini lebih merujuk pada Resolusi 1747 yang dikeluarkan PBB dan peran serta Indonesia atas resolusi tersebut. Dalam resolusi tersebut, Indonesia telah berhasil melakukan amandemen dengan memasukkan pasal yang berisikan bebasnya kawasan Timur Tengah dari nuklir. Iran yang merupakan kawan lama Indonesia rupanya memahami tindakan Indonesia dan tidak serta merta menyalahkan Indonesia karena mendukung resolusi tersebut, pun demikian dengan negara-negara Islam yang lain. Diskusi ini berlangsung interaktif ketika dibuka sesi tanya jawab hingga moderator harus menambah satu termin lagi akibat banyaknya peserta yang ingin bertanya.
Sebelum acara ini berakhir, penutupan dilakukan oleh perwakilan Deplu dan Dekan FISIP Dr. H. Uung Nasdia, BS.W, MS. Seperti biasa, tak lupa Pak UUng mengajak para peserta berdiri dan menyanyikan lagu yang berlirikkan Indonesia..tempat lahir beta/ pusaka abadi nan jaya……dan seterusnya.
Setelah penutupan, peserta dipersilakan ke lantai satu untuk menikmati makan siang. Aku pun segera turun untuk memuaskan perut yang berteriak-teriak kelaparan. Semoga acara seperti ini bisa mengalami keberlanjutan. FISIP sebaiknya lebih membuka diri terhadap instansi luar sehingga wawasan mahasiswanya makin bertambah.

No comments: